Puisi dari masa lalu untukku
Puisi ini ku tulis dulu di Al-ihsan madiun, entah berapa tahun yang lalu. Buku yang berisi puisi ini juga sudah lama sekali rasanya tidak pernah kubuka. Saat melihat puisi ini lagi, aku kadang melompatinya karena merasa bahwa kata-katanya tak penting.
Tapi saat aku membacanya, jujur aku menangis. Entah mengapa dulu saat aku belum merasakan apapun, aku telah menulis puisi ini. Seakan puisi ini dikirim dari masa lalu untuk mengingatkan ku di masa kini.
Lugu memang tulisannya, susunan kalimatnya masih "aku" banget di waktu kecil. Juga ketika puisi-puisi yang kubuat dulu masih selalu sajaknya berirama a-a-a-a atau a-b-a-b.Apa yang sekarang baru kupahami bahwa itu adalah sebuah sya'ir.
Namun pandanganku berbeda, sya'ir adalah bentuk puisi lawas. Jadi aku selalu menganggap sya'ir adalah puisi. Hingga kini pendapat itu tetap kupegang. Walaupun kini aku lebih sering membuat puisi modern yang irama akhirnya bebas, aku selalu merasa bahwa sajak yang berirama teratur selalu lebih indah.
MENUJU LEMBAR BARU
Malam yang gelap dan kelamKeheningan di sudut-sudut malam
Membuatku ingat masa-masa silam
Yang penuh dengan cerita kelam
Pikiran datang silih berganti
Mengiringi malam yag beranjak pergi
Kini hanya tinggal tunggu pagi
Yang dekatnya sudah pasti
Ditengah rasa galau hatiku
Kudengar suara adzan merdu
Mendayu-dayu meresap kedalam hatiku
Bahagia hati dengar begitu
Kujawab adzan dengan sungguhan
Tak terasa air mata bercucuran
Terharu dalam kebahagiaan
Yang telah lama kurindukan
Kan kubuka lembaran baru lagi
Tuk torehkan tinta cerita ini
Yang menjadi titik ku kembali
Kepada robb yang maha tinggi